Back to Nature


Green and blue with lite gray

"Sand, river, forest and the mountain, sometimes they could make me calm, cool and make me remind you inside." (Mee, 2024)

Hutan? Aku mengenalnya sejak kecil, ia seperti permata tersembunyi karena engkau bisa menemukan banyak kejutan di dalamnya. Biasanya ada berbagai macam buah buah liar yang sebagiannya bisa kita makan. Di sana juga ada berbagai macam bunga bunga indah baik itu anggrek maupun perdu.
Di hutan itu pula, aku dikenalkan dengan buah ajaib menurutku saat itu. Ada buah rotan yang kulitnya mirip salak, aku juga diberitahu bahwa biji salak yang masih muda bisa dimakan dan rasanya mirip daging buah kelapa tua. Waw, amazing. Di suatu ketika, aku dikenalkan dengan buah wangi di semak belukar, yang belakangan ini malah viral. 
Alhamdulillah, syukur tiasa tara atas semua pengalaman masa kecil yang sudah jadi kenangan saat ini. 
Lalu, kenangan manis apa yang telah aku berikan kepada anak anakku? Kok rasanya begitu membosankan karena hampir semua harus dihargai dengan uang.
Masa kecilku, pulang sekolah atau di akhir pekan adalah masa-masa indah karena bebas ngebolang. Bikin saung-saung kecil di kebon, bertiang kayu kayu kecil beratapkan daun pisang berdinding daun kelapa dianyam. Asyik, seruuu tiada tara. Biasanya kami membuat saung sendiri sendiri lengkap dengan tungku kecil dari batu batu yang disusun sedemikian rupa dan kayu bakarnya hanya berupa ranting kering. Tapi di saung itu kami bahkan bisa memasak. Ya, memasak. Apa yang dimasak? Ya, biasanya kami nyari daun genjer di sawah plus ikan ikan kecil. Apakah rasanya enak? Bagi lidah anak kampung saat itu wah luar biasa enaknya. Padahal masaknya juga pake kaleng sarden. 
Begitulah asyiknya hidup dekat dengan alam. Kebutuhan makan kita disediakan oleh alam. 
Kadang kami rujakan. Buah buahan tidak kami beli di pasar. Kami mencari langsung di pohonnya. Ada mangga muda, jambu air, jambu batu dan lain lain. Kalau kami sudah bosan main saung di bawah, kami pun bikin persembunyian di atas pohon. Kadang jailin orang lewat, karena pohonnya di atas jalan setapak.
Suatu ketika anak saya berkata, "Umi, jangan terlalu menyalahkan genZ yang katanya begini begitu. Bukankah genZ itu korbannya genX juga? Ada yang bilang genZ tak suka main di alam. Memang yang ngerusak alam siapa? GenZ lahir alamnya sudah kaya gini. Sekarang mau kotor kotoran di sawah pun harus bayar kan? Itu siapa yang bikin? Apakah genZ?"
Ya, meskipun pahit harus mengakui, genZ ikut andil dalam merusak alam setelah sebelumnya sempatenikmatinya.
Yuk ah.... Sayangi lagi alam kita.
Ummu Afh, Oct 16 2024

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Butterfly